Makalah Aswaja Lahirnya Nahdlatul Ulama

Selamat Pagi, kali ini saya Sam Bharin akan bagi-bagi info Makalah Tentang Aswaja



MAKALAH LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER

1.     Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
    Nahdlatul Ulama (NU) merupakan sebuah organisasi keagamaan yang terbesar di Indonesia. NU adalah suatu organisasi agama yang bersikap fleksibel terhadap setiap perbaikan dan perubahan. Sikap demikian telah terjadi dengan selalu mandasarinya dengan pemikiran tradisional sabagai pengikut ahlu sunnah wal jamaah. Penertian ahlu sunnah wal jamaah bagi NU adalah pengakuan terhadap tradisi Islam dalam konteks Indonesia yaitu bagaimana Islam masuk ke Indonesia dalam tradisi mazhab dan sufisme. Penerimaan atas sufisme membuat NU menerima kehadiran tradisi lokal yang hidup dalam masyarakat Indonesia sepanjang berguna untuk meningkatkan
penghayatan agama.
1
NU adalah organisasi keagamaan (jamiah diniyah) dengan ulama-ulama sebagai motor penggeraknya. Perananya sebagai organisasi keagamaan telah dijalankan dengan menyatakan sikap-sikap keagamaan di dalam perkembangan kehidupan bangsa, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan.
NU adalah organisasi para ulama yang menupakan orang-orang yang mengetahui secara mendalam segala hal yang bersangkut paut dengan agama. Dalam tradidi islam ulama dijuluki sebagai pewaris nabi. Kesetiaan terhadap tradidi dan starus mereka sebagai pemimpin keagamaan, membuat penampilan NU di panggung sejarah berbeda dari kelompok Islam lainya. Yang diutamakan oleh NU adalah pelaksanaan gukem agama di dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan ideologi keagamaan
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pola Kehidupan Masyarakat dan Kondisi Ekonomi Sebelum Lahirnya NU ?
2.      Jelaskan Latar Belakang Lahirnya NU ?
3.      Jelaskan Dasar Pemikiran Lahirnya NU ?
4.      Sebutkan Tokoh-tokoh Pendiri NU ?
5.      Apakah Tujuan Pembentukan Syirkah-syirkah Islam  di Lingkungan NU?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui Pola Kehidupan dan Kondisi Ekonomi Masyarakat Indonesia Sebelum Lahirnya NU
2.      Mengetahui Apa Latar Belakang Berdirinya NU
3.      Mengetahui Dasar Pemikiran Lahirnya NU
4.      Mengetahui dan Menjadikan Teladan Tentang Tokoh-tokoh Pendiri NU
5.      Mengetahui Tujuan Pembentukan Syirkah-syirkah Islam di Lingkungan NU

2.     Pembahasan
2.1  Pola Kehidupan Masyarakat dan Kondisi Ekonomi Masyarakat Indonesia Sebelum Lahirnya NU
    Pada abad XV-XIX masyarakat Indonesia masih dalam keadaan dijajah oleh kaum kolonial Belanda. Masyarakat Indonesia sebenarnya sudah mengetahui dan melakukan perlawanan-perlawanan terhadap penjajah kolonial Belanda. Sebelum lahirnya NU masyarakat Indonesia masih menganut paham-paham Islam yang dibawah oleh para pedagang asal Timur Tengah. Islam masuk ke Indonesia bercorak sufistik. Sejarah perkembangan islam di Aceh mempunyai kaitan langsung dengan perkembangan tarekat-tarekat sufi. Masa kejayaan sufisme berlangsung di Indonesia antara abad XVI M – XVII M.
    Kondisi ekomomi masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan karena kebanyakan masyarakat Indonesia berkerja sebagai petani atau pesuruh bangsa kolonial Belanda. Walaupun berkerja sebagai petani masyarakat
Indonesia tidak ada yang dapat merasakan hasil yang
mereka peroleh dari bertani. Hal ini dikarenakan pajak dari pihat kolonial belanda yang sangat memberatkan masyarakat pribumi
2.2  Latar Belakang Lahirnya NU
    Perkembangan Islam di Jawa dimulai dari makin meredupnya kekuasaan Majapahit pada abad XV. Islam masuk dari pantai utara Jawa (Demak) lalu terus menerobos masuk semakin jauh ke pedalaman dan serentak saat itu kerajaan Majapahit berakhir riwayatnya. Para pahlawan Islam yang berada di Jawa disebut Wali Sanga. Dalam perjalanan mendakwahkan Islam Wali Sanga menggunakan metode kebudayaan.
    Setelah Belanda semakin memperluas kolonialismenya di Nusantara. Maka perlawanan terhadap Belanda semakin gencar dilakukan Seperti: Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Banten, dan Perang Aceh.
Semua perang tersebut berlangsung pada abad ke XIX. Di saat kesadaran nasional belum dikenal, agama Islam melalui semboyan Hubbhul Wathon minal iman (cinta tanah air adalah sebagaian dari iman menjiwai dalam setiap peperangan.
    Gerakan pembaharuan muncul dan berkembang dalam sosok Sarekat Islam (SI) dan Muhammadiyah pada dekade pertama abad XX. Gerakan pembaharuan muncul akibat persentuhan yang sangat intensif antara Islam dan peradaban Barat pada abad XIX yang berawal dari Mesir. Sebelumnya di Arab telah muncul gerakan pembaharuan oleh Abd Al-Wahhab (1703-1787) yang kemudian dikenal dengan gerakan Wahhabiyah
    Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di kediaman Abdul Wahab Hasbullah di Surabaya.
Pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama ini didasari atas
bergantinya penguasa Arab Saudi yaitu Raja Saud yang menganut faham Wahabiyah. Dengan berkuasanya Raja Saud maka nasibmazhab dan tradisi keislaman di Indonesia sedang dipertaruhkan masa depannya. K.H. Hasyim Asyari
dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah merasa perkembangan iru sebagai masalah penting. Maka persoalan itu ditingkatkan dalam forum yang jauh lebih besar lagi. Atas saran K.H Hasyim Asyari, K.H Abdul Wahab Hasbullah, dan kawan-kawanya keluar dari Komite Khilafat dan membentuk organisasi baru yang bernama Nahdlatul Ulama yang artinya “Kebangkitan Para Ulama”.
2.3  Dasar Pemikiran Lahirnya NU
    Dalam awal kelahirannya adalah untuk wadah persatuan para ulama dalam tugasnya memimpin umat menuju terciptanya cita-cita izzul islam wal muslimin (kejayaan Islam dan umat Islam). Atas usul Alwi Abdul Aziz, jam’iyah
ini diberi nama “Nahdlatul Ulama” Yang artinya kebangkitan para ulama. Dalam kelahirannya NU memiliki ciri khas yang membedakan dengan organisasi-organisasi pendahulunya. NU adalah wadah para ulama sebagai pimpinan umat dan pengemban tradisi. Kelahiran NU ditentukan dengan istikharah menujukan kuatnya pengaruh sufisme dalam kehidupan pesantren. Kelahiran NU juga barkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam dan perkembangannya yang khas. Dalam lambang NU juga diperoleh dari istikharah K.H. Ridwan. Sembilan bintang melambangkan Wali Sanga.
    Kesetiaan pada tradisi ditegaskan oleh NU dengan menyatakan dirinya tergolong pada Ahlusunnah wal jamaah yang berarti penganut tradisi (kebiasaan) nabi Muhammad sebagaimana yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam.
Bagi NU memberlakukan ajaran Islam menurut aliran Ahlusunnah wal jamaah tidak terlepas dari pengakuan terhadap ajaran kempat mazhab dan peranan bimbingan para ulama. Hal ini ditegaskan oleh K.H. Hasyim Asyari perumus pengertian Ahlusunnah wal jamaah.
2.4  Tokoh-tokoh Pendiri NU
1.             K.H. Hasyim Asyari
      K.H. Hasyim Asy’ari nama lengkapnya Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd al Wahid ibn ‘Abd al-Halim. Beliau lahir di desa Gedang, Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon, 24 Dzulqaidah 1287 H. bertepatan pada tanggal 14 Februari 1871 dan wafat pada tanggal 25 Juli 1947. Beliau merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama bersama dengan K.H.A Wahab Hasbullah. Beliau menikah
pada usia 21 tahun bersama dengan
Khadijah putri K.H. Ya’kub.
Setelah menikah K.H Hasyim Asy’ari bersama istrinya melakukan ibadah haji ke tanah suci Makkah. Beliau diberi saran oleh K.H Ya’kub agar belajar ilmu agama di Makkah. Setelah merasa cukup persiapan akhirnya K.H Hasyim Asy’ari berngkat ke Makkah menimba ilmu bersama dengan mertua dan istrinya.
       K.H Hasyim Asy’ari mempunyai guru yang bernama Syaikh Ahmad Khatib dari Mingangkabau. Beliau menjadi seorang ulama dan guru besar yang cukup terkenal di Makkah, serta menjadi seorang imam Madjidil haram untuk para penganut mazhab Syafi’i. Selanjutnya beliau kembali ke tanah Jawa pada tahun 1899 M dan mengajar di Pesantren Gedang. Setelah mengajar di pesantren, beliau membawa 28 santri untuk mendirikan pesantren yang baru. Dalam tradisi, bagi
seorang santri yang telah manamatkan pelajarannya, beliau dipersilakan membawa beberapa santri pindah ke tempat lain untuk mendirikan pesantren yang baru. Sehubungan dengan hal tersebut, K.H Hasyim Asy’ari berpindah ke daetah baru yang bernama Tebu Ireng. Selain kegiatan mengajar beliau juga mendirikan organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama bersama dengan ulama besar lainya.
2.      K.H. Abdurrahman Wahid
       K.H. Abdurrahman Wahid yang akrap dipanggil Gus Dur yang memiliki nama lengkap Abdurrahman al-Dahkil, lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang. Beliau anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama Wahid Hasyim, adalah putra dari K.H Hasyim Asy’ari pendiri pondok
pesantren Tebu Ireng dan pendiri Nahdlatul Ulama
(NU), Ibunya bernama Hj. Solehah, yang merupakan putri tokok besar NU yaitu K.H. Bisri Syamsuri, pendiri pondok pesantren Denayar jombang. Abdurrahman Wahid adalah sosok yang menempati strata social tertinggi dalam masyarakat Indonesia. Pada masa kecil, Abdurrahmad Wahid tidak seperti kebanyakan anak seusianya. Ia memilih tinggal bersama kakeknya dari pada tinggal bersama ayahnya. Melalui kakeknya, ia belajar membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tebu Ireng.
       Selanjutnya pada usia 13 tahun, Abdurrahman Wahid kehilangan ayahnya yang pada saat itu beliau berusia 38 tahun karena kecelakaan kendaraan.
       Riwayat pendidikan Abdurrahman Wahid dimulai dari SD di Jakarta kemudian SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Tanah Abang. Selanjutnya pindah
ke Yogyakarta dan tinggal di rumah seorang tokoh Muhammadiyah, K.H. Junaid. Setelah menamatkan pendidikannya di SMEP , beliau banyak menghabiskan waktunya untuk belajar di berbagai pesantren yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Pada tahun 1964, beliau berangkat ke Mesir Untuk minmba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo hingga tahun 1966. Sekembalinya ke Indonesia, Abdurrahman Wahid kembali ke perantren milik kakeknya. Pada tahun 1974 hingga 1980, beliau diberi amanat oleh pamanya, K.H. Yusuf Hasyim untuk menjadi sekertaris umum pesantren Tebu Ireng
Pada tahun 1979 dan seterusnya, beliau mulai melibatkan diri secara aktif dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama dengan jabatan sebagai Khatib Awal Syuriah Pengurus Besar Nagdlatul Ulama dan
beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia tahun 1999-2001.
3.      K.H. Bishri Sansuri
       K.H. Bishri Sansuri lahir di Pati, Jawa Tengah, 18 September 1886, beliau  meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 April 1980 pada umur 93 tahun. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan terkenal atas penguasaannya di bidang fikih agama Islam. Bishri Sansuri juga pernah aktif berpolitik, antara lain sempat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi, menjadi anggota Dewan Konstituante, ketua Majelis Syuro Partai Persatuan Pembangunan dan sebagai Rais Aam NU.          
Beliau adalah kakek dari Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia keempat. Ayahnya bernama Syansuri dan ibunya bernama Mariah. Beliau
adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
Beliau memperoleh pendidikan awal di beberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di Kajen, KH Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, KH Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy'arie di Tebu Ireng, Jombang. Saat belajar tersebut ia juga berkenalan dengan rekan sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak juga menjadi tokoh NU. Beliau kemudian mendalami pendidikannya di Mekkah dan belajar ke pada sejumlah ulama terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh Muhammad Sa'id Yamani. Sepulangnya dari Mekkah, dia menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang, selama dua tahun.
Beliau kemudian berdiri sendiri dan pada 1917 mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif di Denanyar, Jombang. Saat itu, Bisri Syamsuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya.
4.      K.H. Wahab Hasbullah
       K.H. Wahab Hasbullah lahir di Jombang, 31 maret 1888  meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ayah KH Abdul Wahab Hasbullah adalah K.H. Hasbulloh Said, Pengasuh Pesantren Tambak Beras Jombang, Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah.
KH. Abdul Wahab Hasbulloh merupakan bapak
Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima
Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Beliau juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”. Tahun 1916 mendirikan Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926 menjadi Ketua Tim Komite Hijaz. KH. Abdul Wahab Hasbulloh juga seorang pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.
  
2.5  Tujuan Pembentukan Syirkah-syirkah Islam di Lingkungan NU
Syirkah menurut bahasa berarti percampuran. Sedangkan menurut istilah syirkah berarti kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Dalam hal ini syirkah berarti sebuah usaha perseroan yang menguntungkan kedua belah pihak. Terdapat syarat-syarat Syirkah antara lain
1.      Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2.      Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing mereka adalah yang lain.
3.      Mencampukan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang lain
 Selain syarat-syarat Syitkah mempunyai beberapa macam contohnya
1.      Syirkah Amlak
Ialah bahwa lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad.
2.      Syirkah Uqud
Ialah bahwa dua orang atau lebih melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan.
Jika seseorang hendak mengakhiri syirkah harus ada tata caranya antara lain
1.      Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lain.
2.      Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk mengolah harta.
3.      Salah satu pihak meninggal dunia.
4.      Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah.
19
3.      Penutup
3.1 Kesimpulan
      Dalam sejarah lahirnya NU dapat kita simpulkan poin-poin penting di dalamnya. Sebelum lahirnya NU masyarakat Indonesia dalam kondisi sedang dijajah oleh bangsa kolonial Belanda. Latar belakang lahirnya NU karena berpindahnya kekuasaan Kairo yang dipimpin oleh Raja Saud. Tokoh-tokoh paling berpengaruh dalam lahirnya NU merupakan tokoh yang patut kita teladani karena ketaatan dan pemikiran yang luas. Syirkah islam merupakan kerjasama yang saling menguntungkan
3.2  Saran
          Kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami berharap pembaca dapat memberikan saran ataupun kritik guna menyempurnakan makalah ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logika Proposisional

Kalimat Berkuantor

Hardware, Software, dan Brainware